-->
Friday 26 April 2013

:: berita aktuall :: Saya Pikir Carragher Seorang Monster

Liputan6.com, Liverpool : Jamie Carragher dan Michel Owen merupakan dua produk akademi Liverpool yang cukup sukses. Dua-duanya memiliki mimpi yang sama saat masih anak-anak, pernah satu kamar dan yang pasti saling bahu membahu di satu tim yaitu Liverpool serta timnas Inggris. Meski keduanya berpisah karena Owen hijrah ke beberapa klub, tapi persahabatan antara keduanya tak pernah padam.

Keduanya ingin menikmati masa akhir karier mereka di sepak bola. Apa saja komentar mereka berdua soal Liverpool dan karier setelah sepak bola? Berikut petikan wawancara dengan mereka kepada The Daily Express:

Masa pensiun sebentar lagi datang, bagaimana rasanya?
Michael Owen (MO): Saya sudah memutuskannya sebelum Natal, tapi rasanya berbeda jika harus disiarkan televisi. Anda melihat wawancara dengan mantan pemain dan rekan setim, itu paling menyentuh. Reaksi keluarga sesuatu yang tak saya perkirakan. Ini seperti membuat mereka kecewa.

JAMIE CARRAGHER (JC): Ini akhir dari tim owen dan Chrysler. Ibu saya hanya menonton saya empat kali. Salah satunya di final Youth Cup, satu lagi laga testimoni saya. Dia tidak pergi ke Istanbul, tapi ke Athena, laga semifinal melawan Chelsea. Dia juga pasti nonton laga terakhir saya.

Seberapa penting peran Ayah di karier kalian?
JC: Anda tak bisa sukses sendiri. Anda membutuhkan seseorang yang mengajak Anda datang ke pertandingan, beri dukungan dan membeli sepatu. Bisa saja itu ibu atau nenek, tapi kebanyakan pemain butuh dukungan ayah. Ayah Michael adalah pemain bola. Ayah saya juga sangat bergairah di Everton.

MO: Ini seperti game penentu. Jika tak bagus, Anda tak akan dipakai.Banyak yang mengira Anda memang terlahir menjadi pesepakbola dan beruntung. Tapi ini adalah tahun-tahun kerja keras dan latihan, ayah Anda berada di belakang itu.

Bisa diingat kapan pertama kali saling bertemu?
MO: Saya berangkat ke Lilleshall (sebuah sekolah di Inggris) dan guru berbicara kepada saya, "Jangan bilang kami mendapatkan Carragher yang lain di sini." Dia sudah gabung Liverpool lebih dulu dan sepertinya menyulitkan para pelatih. Saya tak pernah bertemu dengannya, tapi guru terus membicarakannya. Saya pikir dia seorang monster ha h a ha....Tapi saya pernah sekamar dengannya. Dan rasanya sangat menyenangkan main bersama teman sekamar. Kami saling mengerti.

JC: Sekolah bukan tempat ideal bagi saya. Laga pertama kami adalah melawan Manchester United di FA Youth Cup pada 1996. Owen mencetak hattrick dan saya makin mengenalnya.

Jamie main bagus bersama Liverpool. Michael, Anda tahu mengapa dia pensiun?
MO: Tentu, dia bisa tetap main. Saya juga masih berpikir bisa cetak gol di Liga Premier. Tapi seperti yang banyak orang bilang, lebih baik mundur saat ada di puncak. Ada pemain yang tak mau berhenti dan mau main di liga lebih rendah, tapi ini tak menyenangkan bagi saya. Bukan berarti tak menghormati. Saya tahu mengapa dia mundur. Saya berusia 33 tahun dan masih bisa main dua atau tiga tahun lagi, tapi dengan standar yang sama? tidak.

Lalu Anda puas dengan keputusan pensiun?
JC: Saat melihat apa yang terjadi dengan Michael di 12 bulan terakhir, orang pasti mulai mengerti. Karier Michael sangat cepat berkembang, sedangkan saya bertahap. Karier kami berbeda, tapi kami tetap sama. Anda tetap sama apakah itu saat memulai karier, pertengahan atau di akhir karier. Striker berusia 33 tahun mana yang bisa main sebagus ketika berusia 17 tahun? Orang bilang lihat Paul Schole atau Ryan Giggs. Tapi jika mereka bermain buruk, tak akan berdampak kepada Manchester United. Tapi jika saya main buruk, itu bisa berdampak kepada LIverpool. Jika saya tidak di Liverpool, saya mungkin belum pensiun.

MO: Saya selalu ingin tampil di level tinggi sebisa mungkin. Gabung stoke, saya sempat berpikir bisa tampil lebih banyak dan cetak gol lebih banyak dibandingkan saat membela Manchester United. Itu tak terjadi, tapi saya bangga dengan apa yang saya lakukan. Sangat mengecewakan cedera merebut karier saya.

Anda pernah mendapatkan Piala FA, Liga Champions dan Piala Liga. Apa momen terbaik kalian?
MO: Saat masih muda, rasanya semua bisa mudah dilalui. Pake kaus di hari sabtu dan berangkat ke Anfield. Saya akan cetak gol dan kami akan menang. Tapi, Anda kehilangan itu saat sudah bermain lebih dari 10 tahun.

JC:Semua yang serba baru, paling pertama dari yang segalanya. Saya pikir saat saya gabung Liverpool, timnas Inggris dan memenangkan trofi pertama. Saya selalu punya target setiap tampil di lapangan. Musim ini, saya kejar laga ke-700.

Jamie, Anda membujuk Michael agar tidak ke Madrid?
JC: Saya bilang, kamu tak akan pernah bisa main saat Raul Gonzales dan Ronaldo ada di sana. Tapi dia bilang," Saya sudah lewati Fowler dan Collymore". Saya pikir, cukup fair.

MO: Persepsi mulai buruk saat saya gabung Madrid, jarang dimainkan dan lalu kembali. Anda tak boleh menyesal. Saya tak pernah ingin meninggalkan Liverpool. Jika saja saya bisa gabung Madrid selama sepekan lalu kembali ke Madrid, saya pasti akan lakukan itu. Saya awalnya berpikir hanya bergabung satu musim, tapi itu tak terjadi karena banyak hal.

Agenda selanjutnya menjadi pelatih?
JC: Ketika kami melihaat Ferguson dan Mourinho, kami pikir sangat menarik bisa menjadi seperti mereka. Di pinggir lapangan, memenangkan pertandingan, memenangkan trofi. Tapi Anda harus lihat bagaimana mereka memulainya. Mourinho awalnya menjadi asisten untuk bertahun-tahun. Apakah saya siap melatih di akademi? Itu tak masuk prioritas saya saat ini.

MO: Menjadi pelatih bakal menguras kehidupan Anda. Kadang-kadang Anda berpikir, ingin mencobanya. Jika saya rindu sepak bola, saya akan lihat kemungkinan itu.

Powered by Blogger.

Blog Archive

Translate