-->
Friday 19 April 2013

:: berita aktuall :: Depati Amir, Bandara yang Berdiri di Atas Bekas Galian Tambang

Liputan6.com, Bangka : Berkunjung ke Pulau Bangka pastinya terbayang dalam benak, ini pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Keyakinan kian menguat saat menjejakkan kaki ke daerah berjuluk Negeri Serumpun Sebalai ini, tampak banyak bekas galian tambang berupa kubangan lebar dan dalam. Bekas galian tersebut sebagian dilakukan masyarakat setempat maupun perusahaan-perusahaan yang beroperasi.

Keberadaan bekas galian inilah yang kemudian membuat repot pengembangan terminal baru Bandara Depati Amir atau dikenal Bandara Pangkal Pinang. Karena bekas galian tambang tersebut, pengembangan Bandara Depati Amir molor dari rencana operasi pada 2014 menjadi 2015.

PT Angkasa Pura II (Persero) selaku pengelola Bandara Depati Amir, terpaksa harus merogok kocek lebih dalam untuk mengeruk beberapa lokasi galian tambang tersebut.

General Manager Bandara Depati Air PT Angkasa Pura II, Arif Darmawan menuturkan, pada awal perencanaan pihaknya tak menduga jika harus melakukan pengurukan yang cukup menyedot biaya.
"Di daerah ini ada sekitar 997 danau atau bekas galian tersebut dan ada beberapa yang harus kami uruk terkait pengembangan bandara," tutur Arif di Bangka.

Bandara Depati Amir memang sudah dirancang sejak 2009 lalu, tapi pembangunan baru dimulai pada akhir 2011. Kurun dua tahun tersebut (2009-2011), dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk melakukan penambangan ilegal di atas lahan yang akan menjadi lokasi terminal baru bandara. Pengamanan yang kurang ketat dalam penjagaan wilayah ikut memberi andil.

Alhasil, bisa terlihat saat ini. Bangunan terminal baru bandara yang penyelesaiannya mencapai 88% tersebut, berdiri di atas urukan tanah. Tingginya hampir mencapai 5 meter sampai 7 meter di atas tanah sekitar.

Assistent Chief Engineering pengembangan Bandara Depati Amir PT Angkasa Pura II, Nurul Kodri mengungkapkan dalam kurun 4 bulan, sudah menguruk sekitar 55 ribu kubik untuk menutupi bekas galian tambang yang ada. Nilai urukan ini mencapai miliaran rupiah.

Awalnya, tutur dia, dalam perencanaan diprediksi hanya perlu menguruk sekitar 1 sampai 2 meter untuk menyamakan tinggi gedung dengan posisi landasan pesawat. "Kini kami naikkan," ungkap dia.

Kendati berdiri di atas urukan, Kodri memastikan, pembangunan terminal telah sesuai dengan standar sehingga aman karena memakai fondasi kuat tertanam jauh ke perut bumi.

Setelah bangunan terminal, ternyata proses pengurukan masih belum berhenti. Ke depan, pengurukan harus dilakukan di lahan yang rencananya akan menjadi lokasi parkir maupun fasilitas lain akibat banyaknya bekas galian.

Saat Liputan6 menyambangi lokasi sekitar, memang masih terlihat bekas galian seperti danau-danau tersembungi di antara rerimbunan pepohonan. Danau-danau tersebut berbentuk tak beraturan. Ada yang berukuran besar dan kecil.

Khusus bangunan terminal yang masih dalam proses, terlihat berdiri megah dengan pemandangan rerimbunan pepohonan dan gundukuan bukit di kejauhan. Desain bandara berlantai 2 ini, terlihat terbuka dengan pemasangan kaca di sekelilingnya.

Kodri menuturkan, bandara memang dikonsep ramah lingkunan dan terbuka dengan mengadopsi desain dari unsur esensi daerah Bangka.

Seperti diketahui pengembangan Bandara Depati Amir mencapai 309 hektar dari luas semula hanya 153 hektar. Selain terminal baru, pengembangan menyangkut juga dengan lahan parkir, apron dan fasilitas lainnya.(Nur)

1 Response to ":: berita aktuall :: Depati Amir, Bandara yang Berdiri di Atas Bekas Galian Tambang"

mantap nih banbel btw biaya hidup disini juga besar :(

Powered by Blogger.

Blog Archive

Translate