Insiden teranyar adalah ledakan bom molotov di utara negara bagian Penang Selasa malam, dekat lokasi kampanye koalisi Barisan Nasional yang kini berkuasa. Untung tak ada korban jiwa yang diakibatkan, meski seorang petugas keamanan berusia 35 tahun terluka.
"Itu adalah bom waktu. Namun, tak mengandung serpihan atau pecahan logam," kata Rosli Chik, juru bicara kepolisian setempat seperti dimuat The West Australian, Rabu (24/3/2013). Polisi yang menyisir TKP menemukan bom kedua, dan langsung meledakkannya.
Perdana Menteri Najib Rajak, juga pemimpin oposisi Anwar Ibrahim mengutuk keras insiden itu.
"Waktu ledakan dan lokasinya amat mencurigakan. Jelas, tujuannya adalah untuk menciptakan ketakutan dan memprovokasi," kata Anwar Ibrahim dalam pernyataannya.
Sementara, data terakhir menyebut ada 387 insiden yang dilaporkan dalam tiga hari pertama kampanye -- yang dijadwalkan berlangsung selama dua minggu. Setidaknya 15 orang ditahan. Demikian diungkap juru bicara Kepolisian Malaysia, Ramli Yoosu kepada harian The Star.
"Beberapa ditangkap atas kepemilikan senjata seperti parang dan diduga melukai pendukung partai lawan, melakukan intimidasi -- kebanyakan saat pemasangan bendera dan spanduk pemilu," kata Ramli.
Ratusan insiden lainnya juga telah dilaporkan sebelumnya, sejak 13 April 2013 -- di mana parlemen dibubarkan dan kampanye resmi dimulai.
Pemilihan kali ini, yang ke-13, diakui sejumlah ahli, bisa mengubah perpolitikan negeri jiran untuk kali pertama sejak merdeka dari Inggris pada 1957.
Sementara, kelompok independen Bersih, yang pendukung pemilu yang bersih, sebelumnya telah memperingatkan bahwa kekerasan dan intimidasi politik berpotensi mempengaruhi suara yang diperkirakan hanya beda tipis. (Ein)